Pada jaman
dulu kala di negeri yang sangat jauh, hiduplah seorang Pangerab di sebuah
istana. Ia memiliki segala hal yang diinginkan hatinya, ia adalah seorang yang
egois dan kejam.
Suatu malam
musim dingin, seorang penyihir wanita datang ke istana dan ia menyamar sebagai
pengemis. Ia memberikan sekuntum mawae sebagai balasan untuk tempat teduh dari
udara dingin. Tetapi sang Pangeran mengejek hadiah yang diberikan, dan
mengusirnya pergi.
Maka sang
Penyihir mengubahnya menjadi sosok makhluk yang sangat buruk rupa, dan mengubah
seluruh pelayannya menjadi benda rumah rangga. Kutukan itu akan hilang jika si
Buruk Rupa dapat belajar untuk mencintai, dan mendapatkan cinta dari seseorang
sebelu kelopak terakhir jatuh dari mawar yang diberi mantera itu.
Malu karena sosoknya,
Si Buruk Rupa mengunci diri di istana. Sebuah cermin ajaib adalah satu-satunya
jendela ke dunia luar.
Tahun-tahun
berlalu, ia kehilangan seluruh harapan. Karena siapa yang mau mencintai makhluk
buruk rupa?
Tidak jauh
dari istana, disebuah desa kecil, hiduplah seorang gadis yang cantik bernama
Bella. Ia suka membaca dongeng dari negeri yang jauh, mantera-mantera ajaib,
dan pangeran-pangeran yang menyamar. Ia sangat ingin memiliki petualangan dalam
hidupnya, dan untuk membagikannya dengan seseorang.
Seseorang
itu pasti bukan Gaston yang tampan, yang telah mengumumkan niatnya untuk
menikahi Bella karena ia adalah gadis yang paling cantik di desa itu. Bella
menganggap Gaston adalah sosok yang egois dan angkuh. Lagipula, ia sudah
mempunyai rencana lain.
Ayah Bella,
Maurice, adalah seorang penemu, walaupun banyak dari penemuannya gagal. “Aku
hampir menyerah dengan barang barang rongsokan ini,” kata Maurice sambil
menendang benda ciptaannya.
“Ayah selalu
berkata seperti itu,” kata Bella tertawa. “ Tetapi aku tahu ayah pasti akan
memenangkan juara pertama di perlombaan itu.”
Dengan
semangat dari Bella, Maurice akhirnya menyelesaikan salah satu penemuannya.
Sore itu, ia mengemasi kereta di belakang kudanya, Philipe, dan menuju tempat
perlombaan.
Beberapa jam
kemudian, mereka masih berada di perjalanan. “Kita akan mengambil jalan pintas
melalui hutan,” Maurice memutuskan.
Hutan yang
dilewati sangat gelap dan menakutkan. Lalu Philipe mendengar lolongan serigala
dan mendongak kaget.
“Whoa,
Philipe, whoa!” seru Maurice. Tetapi kuda yang ketakutan itu melompat dan
melempar pengendaranya.
Maurice
harus berlari dari kejaran serigala-serigala itu. Saat ia mulai kehabisan
tenaga, ia tersandung pagar berkarat dari sebuah istana seram.
Tidak ada
yang menjawab ketukannya, maka Maurice berhati-hati masuk kedalam. “Halo?”
panggilnya.
“Ssshh!
Jangan Bersuara’” sebuah jam papan berbisik pada sebuah tempat lilin dari emas.
“Oh,Cogsworth,
berbaik hatilah,” jawab tempat lilin itu. Lalu ia memanggil, “ Kau diterima
disini, Tuan.”
Maurice
sangat terkejut melihat sebuah tempat lilin yang dapat berbicara. Tetapi
sewaktu Lumiere mengundangnya untuk menghangatkan diri di dekat api, ia duduk
di sebuah kursi besar sambil berterima kasih.
Sewaktu
Nyonya Potts datang dengan putranya, Chip, untuk menawarkan Maurice secangkir
teh hangat, ia marasa lebih nyaman. “ Pelayan yang sangat baik sekali !”
Katanya.
Akan tetapi,
selanjutnya, pintu terbuka san bayangan si Buruk Rupa terlihat di ruangan. “
Apa yang kau lakukan disini?” geramnya.
Hal selanjutnya
yang Maurice sadari, cakar yang besar memegangnya dan melemparkan dirinya ke
sebuah sel kosong di penjara bawah tanah.
Sementara
itu di desa, Bella sedang menunggu ayahnya pulang sewaktu Gaston menyombongkan
diri dengan lamarannya.
Namun Bella
hanya menjawab, “ Maafkan aku, Gaston, tetapi aku tidak layak untukmu.”
Kemudian
Philipe berlari dengan kencang menuju ke taman.
“Dimana
Ayah?” jerit Bella.
“Kau harus
membawaku padanya!”
Kuda yang
lelah itu membawa Bella kembali ke hutan. Sewaktu ia melihat topi ayahnya di
tanah di dalam pagar, ia tahu bahwa ia harus masuk ke dalam istana yang
terlarang itu.
Lumiere
melihat Bella sekilas, dan nenyadari ia adalah seseorang yang mereka tunggu
sejak lama, seseorang yang mematahkan kutukan. Maka ia menuntun gadis itu
kepada ayahnya.
“ Oh, Ayah!
Kita harus mengeluarkan ayah dari sini !” kata Bella. Tetapi kemudian. Si Buruk
Rupa datang.
“Tolong
lepaskan ayahku. Ia sedang sakit,” kata Bella memohon.
“Ia tidak
seharusnya menerobos masuk,” kata si Buruk Rupa. “Tidak ada yang dapat kau
lakukan. Ia adalah tawananku.”
“Ambil aku
saja sebagai gantinya,” kata Bella.
“Maka kau
harus berjanji untuk tinggal disini selamanya,” jawab si Buruk Rupa.
Akhirnya
mereka sepakat. Si Buruk Rupa menyeret Maurice ke luar pintu menuju kereta ajaib
dan mengirimkannya kembali ke rumah.
Bella sangat
sedih sewaktu ia melihat ayahnya pergi. Ia bahkan tidak di ijinkan untuk
berpamitan. Tetapi ia tahu bahwa ia harus menepati janjinya kepada Si Buruk
Rupa.
Lalu si
Lemari di ruang tidur Bella mengatakan padanya bahwa Si Buruk Rupa tidak
seburuk penampilannya. Dan makanan di istana itu sangat lezat. Maka Bella
mencoba untuk memanfaatkan situasi sebaik-baiknya.
Sementara
itu, segera setelah ia tiba di desa, Maurice menerobos masuk ke dalam kedai
minum dan berteriak, “Tolong! Ia mengunci Bella di penjara bawah tanah!” Tetapi
sewaktu ia bicara mengenai “makhluk buruk rupa,” penduduk desa itu berpikir
bahwa penemu tua sudah gila.
Di istana,
Bella tidak terpenjara. Si Buruk Rupa memberikannya ijin untuk pergi kemanapun
yang ia inginkan di istana, kecuali ruangan Sayap Barat.
Kemudian
Bella terus memikirkan mengenai Sayap Barat. Maka, sewaktu tidak ada yang
memperhatikan, ia dian-diam masuk ke dalam ruangan. Ia menemukan kamar kotor
penuh dengan kaca yang retak dan perabotan rusak. Satu-satunya benda yang indah
dan hidup adalah mawar ajaib, bersinar di dalam kendi kaca.
Ia hampir
menyentuhnya sewaktu Si Buruk Rupa menggeram padanya. “Mengapa kau masuk ke
sini?” katanya. “Keluar!.”
Bella sangat
ketakutan. Lumiere dan Cogsworth melihatnya sewaktu ia berlari di lorong, tapi
mereka tak dapat menghentikannya.
Ia berlari
keluar dari pintu depan, mengendarai Philipe dan meloloskan diri melalui malam
yang dingin.
Sewaktu
Bella dan Philipe berjalan menuju ke hutan, mereka melihat serigala, kemudian
serigala itu mengelilinginya.
Tiba-tiba,
cakar besar Si Buruk Rupa mengambil salah satu serigala itu dan melemparkannya
ke udara. Setelah pertarungan yang sengit, serigala-serigala itu lari.
Tetapi si
Buruk Rupa terluka.
Bella hampir
saja melompat kembali ke atas kuda sewaktu ia menyadari Si Buruk Rupa jatuh
kesakitan. Ia sempat ragu sesaat sebelum akhirnya berlari ke sisinya.
Bella membantu si Buruk Rupa kembali ke
istana, dan merawat lukanya sampai sembuh. Tak lama kemudian, Bella dan si
Buruk Rupa membaca buku, makan, dan berjalan-jalan bersama.
“Tidakkah
mereka terlihat serasi ?” benda-benda di rumah itu setuju sewaktu mereka
melihat pasangan itu berteman.
Akhirnya si
Buruk Rupa mengijinkan benda-benda di rumah itu membuatnya mengenakan pakaian
baru.
“Malam ini,
jika waktunya tepat, kau harus menyatakan cinta padanya,” kata Lumiere.
“Ya, tapi
jika saja aku dapat melihat ayahku untuk sesaat saja.” kata Bella.
“Ada
caranya,” kata Si Buruk Rupa kepadanya, lalu ia membawa keluar cermin ajaibnya.
Sewaktu
Bella melihat ke cermin ia melihat ayahnya tersesat dan menggigil kedinginan di
hutan, mencarinya. “ ia sedang sakit! Ia bisa meninggal!” katanya.
“Maka kau
harus pergi mencarinya,” kata si Buruk Rupa. “Aku melepaskanmu. Tetapi bawalah
cermin ini bersamamu, sehingga kau akan selalu dapat kembali, dan ingat akan
aku.”
“Bagaimana
kau dapat melepaskannya pergi?” tanya Cogsworth, hampir menangis. “ Karena aku
mencintainya,” jawab si Buruk Rupa.
Dengan
bantuan cermin itu, Bella dapat menemukan ayahnya dan membawanya pulang. “
Bagaimana kau dapat meloloskan diri dari makhluk itu?” tanya ayahnya.
“Aku tidak
melarikan diri, Ayah. Ia melepaskan aku,” kata Bella. “ Ia telah berubah.”
Sementara
itu, Gaston telah meyakinkan kepala rumah sakit jiwa untuk mengurung Maurice.
Ia akan meyakinkan Bella bahwa ia adalah satu-satunya yang dapat menolong
ayahnya, tetapi hanya jika ia setuju untuk menikahinya.
“Semua orang
tahu ayahnya adalah orang gila, bercerita mengenai makhluk buruk rupa. Tetapi
Bella akan melakukan apapun untuk melindunginya,” jelas Gaston.
Tetapi
sewaktu Gaston dan kepala rumah sakit tiba, diikuti kumpulan penduduk yang
penasaran, Bella mengangkat cermin ajaib, dan memperlihatkan mereka gambar si
Buruk Rupa. “Ayahku tidak gila!.” Jelasnya. “Makhluk itu sungguhan, tetapi ia
juga baik.”
Gaston
menyadari bahwa Bella mempunyai perasaan kepada si Buruk Rupa. Marah, ia
menyambar cermin itu darinya. “Ia gila sama seperti ayahnya!” katanya pada
kerumunan orang. “Makhluk itu akan menyerang anak-anak kalian. Menururku kita
harus membunuhnya!”.
Maka
kumpulan orang yang marah itu mengikuti Gaston melalui hutan untuk menyerag
istana si Buruk Rupa.
Perabotan
rumah tangga ajaib melihat keruminan orang itu dari jendela istana, dan
mempersiapkan pertahanan. Pada saat penduduk desa memasuki pintu istana,
pasukan benda-benda yang sedang marah sudah siap menghadapi mereka.
“Sekarang!”
teriak Lumiere, memimpin serangan. Dengan cepat, garpu dan sapu serta perabotan
segala benda yang ada menyerang di udara ke arah penduduk yang terkejut.
Tetapi si
Buruk Rupa yakin telah kehilangan Bella untuk selamanya, tidak mempunyai
semangat untuk bertarung. “Apa yang harus kita lakukan, Tuan?” Nyonya Potts
bertanya padanya.
“Sudah tidak
ada gunanya sekarang. Biarkan mereka datang,” jawab si Buruk Rupa. Maka sewaktu
Gaston menyerbu masuk ke kamarnya, si Buruk Rupa bahkan tidak mencoba untuk
mempertahankan dirinya.
Sewaktu
Bella tiba beberapa saat kemudian, ia melihat Gaston telah memaksa si Buruk
Rupa ke ujung atap istana. “Tidak!” teriak Bella.
Suara Bella
menyadarkan si Buruk Rupa untuk segera bertindak. Ia mencengkram Gaston di
leher dan menggantungnya di ujung atap.
“Lepaskan
aku! Aku akan melakukan apapun!” Gaston memohon.
Dengan penuh
kemarahan, si Buruk Rupa ragu untuk sesaat. Lalu ia menyadari ia bukan makhluk
jahat di dalam hatinya. Ia melemparkan Gaston kembali ke balkon, dan menoleh ke
arah Bella, yang sedang berlari menuju tangga untuk mencarinya.
Tetapi
sewaktu si Buruk Rupa bergerak untuk memeluk Bella, Gaston mengeluarkan pisau
berburu dari sepatu botnya dan menusuk si Buruk Rupa dari belakang.
Si Buruk
Rupa menggeram kesakitan. Gaston melangkah mundur karena ketakutan, tersandung
di ujung atap, dan akhirnya terjatuh.
Tetapi si
Buruk Rupa terluka parah. Bella berlari ke sisinya dan memeluknya. “Kau
kembali,” bisik si Buruk Rupa. “ Setidaknya aku dapat melihatmu sekali lagi
untuk terakhir kalinya.”
“Jangan
berbicara seperti itu. Kau akan baik-baik saja,” kata Bella, sambil menahan
tangisannya.
Di kamar si
Buruk Rupa, kelopak bunga terakhir akan jatuh dari kuntum mawarnya.
“Tidak!
Jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu,” tangis Bella, sambil menunduk dan
menciumnya tepat sewaktu kelopak bunga terakhir jatuh.
Secara
ajaib, si Buruk Rupa bangkit dan berubah wujud menjadi manusia.
“Bella, ini
aku,” kata sang Pangeran.
Bella segera
menuju ke pelukan Pangeran. Sewaktu mereka saling berciuman, keajaiban memenuhi
suasana. Lalu Lumiere, Cogsworth, Nyonya Potts dan Chip, dan benda lainnya
berubah kembali menjadi manusia.
Malam itu,
istana penuh dengan cinta sewaktu Bella dan Pangeran berdansa tanpa mengalihkan
pandangan mereka dari satu sama lain. Dan istana sekali lagi menjadi hidup
kembali.
0 comments:
Posting Komentar