Kamis, 01 Januari 2015

Beauty and The Beast



Pada jaman dulu kala di negeri yang sangat jauh, hiduplah seorang Pangerab di sebuah istana. Ia memiliki segala hal yang diinginkan hatinya, ia adalah seorang yang egois dan kejam.
Suatu malam musim dingin, seorang penyihir wanita datang ke istana dan ia menyamar sebagai pengemis. Ia memberikan sekuntum mawae sebagai balasan untuk tempat teduh dari udara dingin. Tetapi sang Pangeran mengejek hadiah yang diberikan, dan mengusirnya pergi.
Maka sang Penyihir mengubahnya menjadi sosok makhluk yang sangat buruk rupa, dan mengubah seluruh pelayannya menjadi benda rumah rangga. Kutukan itu akan hilang jika si Buruk Rupa dapat belajar untuk mencintai, dan mendapatkan cinta dari seseorang sebelu kelopak terakhir jatuh dari mawar yang diberi mantera itu.
Malu karena sosoknya, Si Buruk Rupa mengunci diri di istana. Sebuah cermin ajaib adalah satu-satunya jendela ke dunia luar.
Tahun-tahun berlalu, ia kehilangan seluruh harapan. Karena siapa yang mau mencintai makhluk buruk rupa?
Tidak jauh dari istana, disebuah desa kecil, hiduplah seorang gadis yang cantik bernama Bella. Ia suka membaca dongeng dari negeri yang jauh, mantera-mantera ajaib, dan pangeran-pangeran yang menyamar. Ia sangat ingin memiliki petualangan dalam hidupnya, dan untuk membagikannya dengan seseorang.
Seseorang itu pasti bukan Gaston yang tampan, yang telah mengumumkan niatnya untuk menikahi Bella karena ia adalah gadis yang paling cantik di desa itu. Bella menganggap Gaston adalah sosok yang egois dan angkuh. Lagipula, ia sudah mempunyai rencana lain.
Ayah Bella, Maurice, adalah seorang penemu, walaupun banyak dari penemuannya gagal. “Aku hampir menyerah dengan barang barang rongsokan ini,” kata Maurice sambil menendang benda ciptaannya.
“Ayah selalu berkata seperti itu,” kata Bella tertawa. “ Tetapi aku tahu ayah pasti akan memenangkan juara pertama di perlombaan itu.”
Dengan semangat dari Bella, Maurice akhirnya menyelesaikan salah satu penemuannya. Sore itu, ia mengemasi kereta di belakang kudanya, Philipe, dan menuju tempat perlombaan.
Beberapa jam kemudian, mereka masih berada di perjalanan. “Kita akan mengambil jalan pintas melalui hutan,” Maurice memutuskan.
Hutan yang dilewati sangat gelap dan menakutkan. Lalu Philipe mendengar lolongan serigala dan mendongak kaget.
“Whoa, Philipe, whoa!” seru Maurice. Tetapi kuda yang ketakutan itu melompat dan melempar pengendaranya.
Maurice harus berlari dari kejaran serigala-serigala itu. Saat ia mulai kehabisan tenaga, ia tersandung pagar berkarat dari sebuah istana seram.
Tidak ada yang menjawab ketukannya, maka Maurice berhati-hati masuk kedalam. “Halo?” panggilnya.
“Ssshh! Jangan Bersuara’” sebuah jam papan berbisik pada sebuah tempat lilin dari emas.
“Oh,Cogsworth, berbaik hatilah,” jawab tempat lilin itu. Lalu ia memanggil, “ Kau diterima disini, Tuan.”
Maurice sangat terkejut melihat sebuah tempat lilin yang dapat berbicara. Tetapi sewaktu Lumiere mengundangnya untuk menghangatkan diri di dekat api, ia duduk di sebuah kursi besar sambil berterima kasih.
Sewaktu Nyonya Potts datang dengan putranya, Chip, untuk menawarkan Maurice secangkir teh hangat, ia marasa lebih nyaman. “ Pelayan yang sangat baik sekali !” Katanya.
Akan tetapi, selanjutnya, pintu terbuka san bayangan si Buruk Rupa terlihat di ruangan. “ Apa yang kau lakukan disini?” geramnya.
Hal selanjutnya yang Maurice sadari, cakar yang besar memegangnya dan melemparkan dirinya ke sebuah sel kosong di penjara bawah tanah.
Sementara itu di desa, Bella sedang menunggu ayahnya pulang sewaktu Gaston menyombongkan diri dengan lamarannya.
Namun Bella hanya menjawab, “ Maafkan aku, Gaston, tetapi aku tidak layak untukmu.”
Kemudian Philipe berlari dengan kencang menuju ke taman.
“Dimana Ayah?” jerit Bella.
“Kau harus membawaku padanya!”
Kuda yang lelah itu membawa Bella kembali ke hutan. Sewaktu ia melihat topi ayahnya di tanah di dalam pagar, ia tahu bahwa ia harus masuk ke dalam istana yang terlarang itu.
Lumiere melihat Bella sekilas, dan nenyadari ia adalah seseorang yang mereka tunggu sejak lama, seseorang yang mematahkan kutukan. Maka ia menuntun gadis itu kepada ayahnya.
“ Oh, Ayah! Kita harus mengeluarkan ayah dari sini !” kata Bella. Tetapi kemudian. Si Buruk Rupa datang.
“Tolong lepaskan ayahku. Ia sedang sakit,” kata Bella memohon.
“Ia tidak seharusnya menerobos masuk,” kata si Buruk Rupa. “Tidak ada yang dapat kau lakukan. Ia adalah tawananku.”
“Ambil aku saja sebagai gantinya,” kata Bella.
“Maka kau harus berjanji untuk tinggal disini selamanya,” jawab si Buruk Rupa.
Akhirnya mereka sepakat. Si Buruk Rupa menyeret Maurice ke luar pintu menuju kereta ajaib dan mengirimkannya kembali ke rumah.
Bella sangat sedih sewaktu ia melihat ayahnya pergi. Ia bahkan tidak di ijinkan untuk berpamitan. Tetapi ia tahu bahwa ia harus menepati janjinya kepada Si Buruk Rupa.
Lalu si Lemari di ruang tidur Bella mengatakan padanya bahwa Si Buruk Rupa tidak seburuk penampilannya. Dan makanan di istana itu sangat lezat. Maka Bella mencoba untuk memanfaatkan situasi sebaik-baiknya.
Sementara itu, segera setelah ia tiba di desa, Maurice menerobos masuk ke dalam kedai minum dan berteriak, “Tolong! Ia mengunci Bella di penjara bawah tanah!” Tetapi sewaktu ia bicara mengenai “makhluk buruk rupa,” penduduk desa itu berpikir bahwa penemu tua sudah gila.
Di istana, Bella tidak terpenjara. Si Buruk Rupa memberikannya ijin untuk pergi kemanapun yang ia inginkan di istana, kecuali ruangan Sayap Barat.
Kemudian Bella terus memikirkan mengenai Sayap Barat. Maka, sewaktu tidak ada yang memperhatikan, ia dian-diam masuk ke dalam ruangan. Ia menemukan kamar kotor penuh dengan kaca yang retak dan perabotan rusak. Satu-satunya benda yang indah dan hidup adalah mawar ajaib, bersinar di dalam kendi kaca.
Ia hampir menyentuhnya sewaktu Si Buruk Rupa menggeram padanya. “Mengapa kau masuk ke sini?” katanya. “Keluar!.”
Bella sangat ketakutan. Lumiere dan Cogsworth melihatnya sewaktu ia berlari di lorong, tapi mereka tak dapat menghentikannya.
Ia berlari keluar dari pintu depan, mengendarai Philipe dan meloloskan diri melalui malam yang dingin.
Sewaktu Bella dan Philipe berjalan menuju ke hutan, mereka melihat serigala, kemudian serigala itu mengelilinginya.
Tiba-tiba, cakar besar Si Buruk Rupa mengambil salah satu serigala itu dan melemparkannya ke udara. Setelah pertarungan yang sengit, serigala-serigala itu lari.
Tetapi si Buruk Rupa terluka.
Bella hampir saja melompat kembali ke atas kuda sewaktu ia menyadari Si Buruk Rupa jatuh kesakitan. Ia sempat ragu sesaat sebelum akhirnya berlari ke sisinya.
 Bella membantu si Buruk Rupa kembali ke istana, dan merawat lukanya sampai sembuh. Tak lama kemudian, Bella dan si Buruk Rupa membaca buku, makan, dan berjalan-jalan bersama.
“Tidakkah mereka terlihat serasi ?” benda-benda di rumah itu setuju sewaktu mereka melihat pasangan itu berteman.
Akhirnya si Buruk Rupa mengijinkan benda-benda di rumah itu membuatnya mengenakan pakaian baru.
“Malam ini, jika waktunya tepat, kau harus menyatakan cinta padanya,” kata Lumiere.
“Ya, tapi jika saja aku dapat melihat ayahku untuk sesaat saja.” kata Bella.
“Ada caranya,” kata Si Buruk Rupa kepadanya, lalu ia membawa keluar cermin ajaibnya.
Sewaktu Bella melihat ke cermin ia melihat ayahnya tersesat dan menggigil kedinginan di hutan, mencarinya. “ ia sedang sakit! Ia bisa meninggal!” katanya.
“Maka kau harus pergi mencarinya,” kata si Buruk Rupa. “Aku melepaskanmu. Tetapi bawalah cermin ini bersamamu, sehingga kau akan selalu dapat kembali, dan ingat akan aku.”
“Bagaimana kau dapat melepaskannya pergi?” tanya Cogsworth, hampir menangis. “ Karena aku mencintainya,” jawab si Buruk Rupa.
Dengan bantuan cermin itu, Bella dapat menemukan ayahnya dan membawanya pulang. “ Bagaimana kau dapat meloloskan diri dari makhluk itu?” tanya ayahnya.
“Aku tidak melarikan diri, Ayah. Ia melepaskan aku,” kata Bella. “ Ia telah berubah.”
Sementara itu, Gaston telah meyakinkan kepala rumah sakit jiwa untuk mengurung Maurice. Ia akan meyakinkan Bella bahwa ia adalah satu-satunya yang dapat menolong ayahnya, tetapi hanya jika ia setuju untuk menikahinya.
“Semua orang tahu ayahnya adalah orang gila, bercerita mengenai makhluk buruk rupa. Tetapi Bella akan melakukan apapun untuk melindunginya,” jelas Gaston.
Tetapi sewaktu Gaston dan kepala rumah sakit tiba, diikuti kumpulan penduduk yang penasaran, Bella mengangkat cermin ajaib, dan memperlihatkan mereka gambar si Buruk Rupa. “Ayahku tidak gila!.” Jelasnya. “Makhluk itu sungguhan, tetapi ia juga baik.”
Gaston menyadari bahwa Bella mempunyai perasaan kepada si Buruk Rupa. Marah, ia menyambar cermin itu darinya. “Ia gila sama seperti ayahnya!” katanya pada kerumunan orang. “Makhluk itu akan menyerang anak-anak kalian. Menururku kita harus membunuhnya!”.
Maka kumpulan orang yang marah itu mengikuti Gaston melalui hutan untuk menyerag istana si Buruk Rupa.
Perabotan rumah tangga ajaib melihat keruminan orang itu dari jendela istana, dan mempersiapkan pertahanan. Pada saat penduduk desa memasuki pintu istana, pasukan benda-benda yang sedang marah sudah siap menghadapi mereka.
“Sekarang!” teriak Lumiere, memimpin serangan. Dengan cepat, garpu dan sapu serta perabotan segala benda yang ada menyerang di udara ke arah penduduk yang terkejut.
Tetapi si Buruk Rupa yakin telah kehilangan Bella untuk selamanya, tidak mempunyai semangat untuk bertarung. “Apa yang harus kita lakukan, Tuan?” Nyonya Potts bertanya padanya.
“Sudah tidak ada gunanya sekarang. Biarkan mereka datang,” jawab si Buruk Rupa. Maka sewaktu Gaston menyerbu masuk ke kamarnya, si Buruk Rupa bahkan tidak mencoba untuk mempertahankan dirinya.
Sewaktu Bella tiba beberapa saat kemudian, ia melihat Gaston telah memaksa si Buruk Rupa ke ujung atap istana. “Tidak!” teriak Bella.
Suara Bella menyadarkan si Buruk Rupa untuk segera bertindak. Ia mencengkram Gaston di leher dan menggantungnya di ujung atap.
“Lepaskan aku! Aku akan melakukan apapun!” Gaston memohon.
Dengan penuh kemarahan, si Buruk Rupa ragu untuk sesaat. Lalu ia menyadari ia bukan makhluk jahat di dalam hatinya. Ia melemparkan Gaston kembali ke balkon, dan menoleh ke arah Bella, yang sedang berlari menuju tangga untuk mencarinya.
Tetapi sewaktu si Buruk Rupa bergerak untuk memeluk Bella, Gaston mengeluarkan pisau berburu dari sepatu botnya dan menusuk si Buruk Rupa dari belakang.
Si Buruk Rupa menggeram kesakitan. Gaston melangkah mundur karena ketakutan, tersandung di ujung atap, dan akhirnya terjatuh.
Tetapi si Buruk Rupa terluka parah. Bella berlari ke sisinya dan memeluknya. “Kau kembali,” bisik si Buruk Rupa. “ Setidaknya aku dapat melihatmu sekali lagi untuk terakhir kalinya.”
“Jangan berbicara seperti itu. Kau akan baik-baik saja,” kata Bella, sambil menahan tangisannya.
Di kamar si Buruk Rupa, kelopak bunga terakhir akan jatuh dari kuntum mawarnya.
“Tidak! Jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu,” tangis Bella, sambil menunduk dan menciumnya tepat sewaktu kelopak bunga terakhir jatuh.
Secara ajaib, si Buruk Rupa bangkit dan berubah wujud menjadi manusia.
“Bella, ini aku,” kata sang Pangeran.
Bella segera menuju ke pelukan Pangeran. Sewaktu mereka saling berciuman, keajaiban memenuhi suasana. Lalu Lumiere, Cogsworth, Nyonya Potts dan Chip, dan benda lainnya berubah kembali menjadi manusia.

Malam itu, istana penuh dengan cinta sewaktu Bella dan Pangeran berdansa tanpa mengalihkan pandangan mereka dari satu sama lain. Dan istana sekali lagi menjadi hidup kembali.

0 comments:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com